Konon, ada kisah di negeri bertetangga dengan Atlantis bernama Indonesia, tentang seorang wanita cantik darah keturunan Dewa bernama Dewi KAI.
Dewi KAI, cucu dari Themis, anak molek dari Dike berguru Subrahmania... penuh pertimbangan meski dia dapat saja menghunus pedang, beruntai kalung melati titisan Srikandi penumpas Resi Bisma, dari kakek yang berjiwa adil untuk kasih kegembiraan pada rakyat, Patronus sang Praetor.
Ketika dia tumbuh rupanya tertarik dengan figur TSH ini, akhirnya Dewi KAI dengan TSH melengkapi rumah mereka dengan perabot yang diperlukan untuk keluarganya, pondasi, dekorasi dan perabot yang memang dibutuhkan untuk rumah hukum.
Sayangnya, waktu udah mau habis dan TSH harus pamit dari mendampingi Dewi KAI karena beliau hanya akan menduduki singasana bumi selama beberapa tahun saja.
Demikian sanak saudara mengingatkan kepada TSH akan keterbatasan waktunya, tapi tidak dengan keluarganya yang masih ingin merangkum ruang dan waktu terpenting untuk singasana arcapada.
Dalam petuah para bijak, kawan setia sebagai benteng dari durjana... tentu masih ada alegori lain dalam rumah sebesar itu, ada api dan ruang berjarak yang memberi kamuflase hantu raksasa, ada serigala, malam dan bulan, ini sebetulnya hasud dominatus.
Dewi KAI tau bahwa Ayahnya, Patronus seringkali menyaksikan banyak sekali senat dan dewan yang terpecah, membelah kerajaan dengan intrik dan dramaturgi - Dewi KAI adalah gadis cerdas yang memiliki kerapuhan, dia menginginkan keluarga besar yang dibangunnya berbeda, bukan kerajaan maka dibutuhkan seorang pemimpin baginya yang demokratik yang mementingkan rakyat banyak, sekaligus simpatik sebagai republikan yang melindungi minoritas.
Seperti Icarus, TSH keluar - dibangun mimpinya dengan membuat sayap-sayap dan landasan yang cukup untuk lepas landas, terbang seperti rajawali yang mendekati matahari.
Dia terhina, dihinakan, lari, lompat, mengembang, mengepak, terbang dan jatuh untuk keluarganya, tapi dia tidak berdiri lagi... dia bangkit dan terbakar.
Dan kita sekarang bisa terbang - tapi Dewi KAI masih mempunyai harapan agar TSH masih sedia menemaninya, mencatat apa yang belum sempat tertulis dalam buku dirumahnya, sejarah baru dalam semangat Patronus yang bangsawan hukum, kedermawanan yang dimiliki para leluhurnya bangsawan petrici dan plebeii.
Petrici yang memiliki nobilitas berdarah bangsawan, keluhuran jiwa, ulung dan kemuliaan. Sedangkan Plebeii yang officium penuh jasa, kesediaan menolong, melayani dalam ketakziman.
Siapa punya sifat-sifat principatus itu di zaman ini?
Siapa bisa menutup peti Kipselos agar ketidakadilan lumpuh terkunci? Demikian tanya Dewi KAI dalam nelangsa hatinya.
Dia memegang timbangan sebagai warisan dari keluarganya, sementara tangan lainnya terhunus pedang... TSH yang dapat menghidupkan Eunomia (ketertiban) meski hanya sementara tapi terasa kehadiran Eirene (kedamaian) dalam setiap kegiatan keluarga.
Para sejawat seumpama anak-anak Zeus yaitu Aiakos, Rhadamanthis HSN dan Minos TMLY begitu ramah menyapa dirumah kebijakan, adhyaksa dan keputusan - kesetaraan Dewan Senturia para Praetor Urbanus.
Waktu cepet banget berlalu dengan segala kelengkapan terbaik yang telah dibangun oleh keluarga Dewi KAI dan TSH ini, Dewi KAI teringat bahwa TSH memberi syarat ketika memasuki pelaminan, tapi KAI masih berusaha menahan agar TSH bertahan sepanjang waktu yang sama ketika mereka saling menemukan.
Mencatatkan sejarah yang belum sempat dituliskan kedalam buku dunia, agar bisa digunakan sebagai bekal yang mudah dicerna bagi keluarga dan anak-keturunannya.
Tapi rupanya hantu seseram Romawi Timur, atau yang setara Utsmaniyah, lalu dipecah karena masih tersisa embrio junta sejenis kutukan Habsburg.
Betapa salehnya Diokletianus atau betapa bijaknya Augustus tapi figur seperti mereka dipaksa terbelah kekuatan pemerintahan dan negaranya karena dahaga politik.
Dijerumuskan oleh kudeta perwalian, dibelah karena debat Valladolid oleh juri yang tak memahami norma sehingga junta Habsburg lalu membuat acara jauh diseberang legalitas prinsipal.
Akhirnya... TSH terbangun dalam panggung principatus sekaligus renaissance - diperhatikan Dewi KAI sedang murung-merenung harus dibangkitkan dari kenyamanan kursi kayangan, "ini kebangkitan yang harus aku jawab" demikian TSH bermufakat sambil menutup peti Kipselos, sembari memeluk erat Dewi KAI.
Menyebut keberadaan Sengkuni rasanya terlalu tinggi, tidak - tidak ada Sengkuni disini - atau Rahwana, tapi ini bukan soal kecintaan dan bukan karena kecintaan, tidak juga ada Rahvayana dalam sejarah ini.
Seperti ngerasakan berkumpulnya para Avengers yang akan menghentikan Thanos sebagaimana ditutur Captain Marvell, "aku tidak akan mengikuti permainanmu, tapi aku akan mengakhiri permainanmu", End Game.
Dan kita tunggu kegembiraan keluarga besar di Surabaya, Kongres bakal seperti gathering lengkap dengan menu, donat dan kopi serta tempat merebah istirahat melepas lelah setelah keluar dari kutukan 5 taunan para Advokat, menutup dan memastikan bersama bahwa peti Kipselos selalu rapat terkunci.
...tapi, ada kotak lain yang ingin dibuka di suatu negeri antah berantah cetusan Prometheus yang tak tampak tenang, Dewasrani inginkan juga api olympus - kutukan di kotak Pandora.
~ Sesungguhnya dirimu hanyalah sekumpulan waktu. Ketika waktumu berlalu, maka kau akan sampai diakhir nafasmu | TSH ~