

























Liktor, Magistratus, Praetor, Konsul, Caesar dan Masyarakat berkumpul untuk sebuah paparan tentang masa depan Hukum dari sesuatu Negara di era Emperor Claudius yang menyambut para Iuris Consulti dan Praetor Urbanus - tapi kali ini tanpa caci maki seperti budaya Romawi kuno - para Nobilis di aula pertemuan besar penegak hukum Indonesia, anggun sekali.
Para Nobilis di ruang cupidon, dikolam ada dewi Venus serupa Afrodit, atau Dewi Sri tanda kesuburan bumi.
Dari situ merelatifisir pikiran asing yang melulu Venus dan Afrodit atau Slavia dari Mesir, disini ada mereka dewi yang membumi, kita mempercayainya sebagai Dewi Air antara Lanjar dan Roro Kidul si perawat etika air, kesejukan.
Seperti Iris dalam legenda Yunani yang membawa air dari sungai Stiks, yang digunakan untuk menidurkan orang-orang yang membuat sumpah palsu.
Memandang pada Garuda yang merentangkan sayapnya, tampil tanpa keraguan, tanpa ragu, tanpa takut, besar nyalinya, senang bersatu, rukun semuanya.
Saya ndak percaya kalo kealotan itu soal beda pendapat, tapi lebih kepada banyak rasio tanpa kepalsuan yang mengalir keluar dan siap diramu jadi sebuah desain yang matang, dan baru... bukan seperti dongeng dari siraman air sungai styx, tapi dari siraman kesalehan para sahabat profesus, janji dalam iman.
Asiknya, berlaku bak si gundul, figur manusia yang tidak perlu mahkota raja, nyunggi wakul yang bermakna menjunjung amanah.